Book Review : Si Anak Pemberani--Tere Liye

Judul : Si Anak Pemberani
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika
Cetakan : Cetakan 1, Desember 2018
Tebal : 420 halaman
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : Desember 2018
ISBN : 978-602-5734-52-6
Berat Buku : 355 gram
Rating : 4/5
Sinopsis : 

"Aku Eliana, si anak pemberani, anak sulung Bapak dan Mamak yang akan menjadi pembela kebenaran dan keadilan. Berdiri paling gagah, paling depan."
Buku ini tentang Eliana, si anak pemberani yang membela tanah, sungai, hutan, dan lembah kampungnya. Saat kerakusan dunia datang, Eliana bersama teman karibnya bahu-membahu melakukan perlawanan. Dari puluhan buku Tere Liye, serial buku ini adalah mahkotanya.

Buku ini merupakan buku ke empat dari serial anak nusantara, dan merupakan recover dari buku Eliana—serial anak-anak mamak. Dalam novel ini, Tere Liye membawa pembaca dalam dunia penuh petualangan anak-anak. Meski begitu, buku yang disusun dengan semenarik mungkin dan bahkan sarat akan makna, tetap bisa dinikmati oleh pembaca segala usia. 

Novel ini berkisah tentang seorang anak bernama Eliana, anak sulung mamak dan bapak. Eliana mempunyai tiga adik kandung yang sama-sama memiliki karakter unik, yaitu Pukat, Burlian, dan si bungsu Amelia. Melalui ketiga adiknya tersebut, kisah Eliana si Anak Pemberani semakin berkesan. Eliana, yang sering dipanggil Eli, dengan sosok yang digambarkan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, selalu gigih, pembelajar yang baik, sahabat yang setia, dan semua itu menyatu dengan sifatnya yang pemberani. Eliana yang selalu dijuluki sebagai anak pemberani sejak lahir, tumbuh menjadi anak sulung mamak yang tidak takut akan hal apapun. Semua keberanian itu bermula sejak pertemuannya bersama tokoh antagonis, Johan. Dengan lantang Eliana berteriak “Jangan hina bapakku!” dalam suatu forum resmi dan di hadapan para petinggi negeri. 

Keberanian yang tertanam dalam diri Eliana kian hari kian bertambah.Semua berawal dari petualangan hebat melawan para penambang pasir dengan truk-truk besarnya. Eliana, Hima, Damdas, dan Marhotap, bergabung menyatukan perlawanan dibalut persahabatan untuk membentuk komplotan yang disebut ‘Empat Buntal’. Walau mulanya Eliana muak dengan sosok Marhotap yang pemalas dan jarang mandi, masalah tambang pasir yang semakin merusak sungai dan hutan, akhirnya mampu meluluhkan hati kecil mereka yang pada dasarnya ingin berteman. 

Bermula dari pengintaian tambang pasir, tindakan mengempisi ban-ban truk, hingga aksi nekad Marhotap yang melempari truk penambang dengan kantong-kantong bensin. Semua itu tidak membuat Eliana getir meski nyatanya harus kehilangan sahabat terbaiknya, Marhotap. Meski begitu, selama di sekolah Eliana tetap aktif dan rajin. Bersama teman-temannya, Eliana membuat herbarium sebagai tugas dari Pak Bin. Meski sempat putus asa karena herbarium yang awalnya akan dilombakan mengalami kerusakan, berkat bantuan Paman Unus akhirnya sekolah mereka bisa bersaing dengan sekolah-sekolah lain yang lebih hebat. Sejak bergabungnya Anton dalam tim herbarium, Anton yang juga sahabatnya Marhotap kemudian bergabung dengan geng ‘Buntal’ dan kembali mengaktifkan komplotan tersebut untuk melancarkan misi-misi berikutnya.

Dibalik kisah keberanian Eliana, novel ini juga bercerita tentang kehidupannya sebagai anak sulung mamak dan bapak. Mamak yang selalu cekatan dalam banyak hal, bapak yang senantiasa memberi kalimat-kalimat bijak, hingga Eliana yang selalu terkena marah akibat ulah adik-adiknya. Seperti dalam kesempatan dimana Eliana dimarahi oleh mamak karena Pukat dan Burlian yang terlambat bergabung di meja makan. Ulah Amelia yang iseng memainkan sisir pada rambutnya hingga akhirnya tersangkut dan terpaksa rambutnya yang indah harus digunting, itu pun Eliana yang dimarahi. Bahkan mamak sempat kecewa dan bersikap dingin setelah Eliana gagal mengawasi Pukat dan Burlian saat menonton layar tancap hingga menyebabkan kaki Burlian terkena pecahan beling. 

Melalui serangkaian kejadian tersebut, membuat Eliana benci menjadi anak sulung. Bahkan Eliana berpikir bahwa mamaknya benci padanya, mamaknya tidak pernah sayang, dan tidak pernah membutuhkannya lagi. Semua itu menyebabkan Eliana kabur dari rumah dan menginap untuk beberapa hari di rumah Wak Yati. Namun, meskipun begitu, Eliana selalu teringat kalimat bijak dari bapaknya:

"Jika kau tahu sedikit saja apa yang telah seorang ibu lakukan untukmu, maka yang kau tahu itu sejatinya bahkan belum sepersepuluh dari pengorbanan, rasa cinta, serta rasa sayangnya kepada kalian." (hal.305)

Novel ini tidak berbeda jauh dengan novel karya Tere Liye lainnya, yakni beliau selalu menyelipkan pesan-pesan moral, kalimat-kalimat motivasi, bahkan tak jarang kata-kata mutiara yang menyentuh hati. Konflik-konflik yang disediakan pun sering kali mengenai kehidupan sehari-hari. Imajinasinya yang tinggi selalu menyadarkan pembaca bahwa dunia begitu luas dan banyak menyimpan misteri. Namun meski begitu, dalam novel ini masih kurang konflik yang benar-benar bersitegang dan alur ceritanya pun sedikit lebih cepat. Tetapi selebihnya novel ini sempurna. 

Aku sangat merekomendasikan novel-novel karya Tere Liye menjadi bacaan bagi keluarga, terkhusus novel Serial Anak Nusantara. Ceritanya mengandung budaya nusantara dan bahkan mengisahkan keseharian dalam keluarga, sehingga dapat menjadi bahan bacaan bagus terkhusus bagi anak-anak. Novel ini mengajarkan pembaca akan makna keluarga. 


-Sekian dan terima kasih-

Komentar