Book Review : Lima Cerita Kisah-Kisah Menjadi Dewasa--Desi Anwar


Siapa yang ga tahu dengan Dewi Anwar? 

Beliau seorang jurnalis, tokoh pertelevisian, sekaligus salah satu penulis terkenal dengan buku-bukunya yang keren. Buku “Lima Cerita Kisah-Kisah Menjadi Dewasa” adalah buku pertama yang aku baca. Kalian bisa simak reviewnya ya

 

Judul : Lima Cerita Kisah-Kisah Menjadi Dewasa

Penulis : Desi Anwar

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit : 2019

Tebal : 307 hlm

ISBN : 978-602-06-1367-3

Rating : 4/5

Blurb :

Dalam kumpulan kisah tentang lima kehidupan yang berbeda ini. Desi Anwar mengeksplorasi perasaan-perasaan menyakitkan selama tumbuh dewasa, kerentanan emosi-emosi manusia, dan tantangan-tantangan dalam belajar melayari kompleksitas kehidupan sambil berusaha memahami arti di balik itu semua.

Setiap karakter dalam buku ini, dengan caranya masing-masing, meyadari bahwa untuk dapat memahami dunia ini dan menghadapi realitas yang membingungkan, ia pertama-tama haruslah merengkuh pergolakan batinnya terlebih dahulu--berdamai dengan kerapuhannya sendiri serta mengizinkan semesta bekerja dengan caranya yang tak terduga.


Review :

Secara keseluruhan, buku ini berisi lima cerita pendek dengan keunikan dan pesannya tersendiri. Disusun dengan gaya bahasa ringan, lugas, ga berbelit-belit, meskipun format tulisannya ga rapi (ga justify, ya it’s no problem) 😆

 

Dalam menyampaikan pesan cerita, penulis tidak secara gamblang menuliskannya begitu aja, tapi bener-bener mengalir dengan alurnya, seolah pembaca adalah tokohnya!

 

Dari lima cerita, semuanya punya benang merah yang saling mengaitkan, yaitu penderitaan. Cerita tentang “Ibu yang Baik” adalah favoritku, karena premisnya unik tentang konsep parenting seorang ibu modern yang kemungkinan terlalu tabu untuk dipraktikkan.

 

Dalam cerita itu penulis berusaha memberikan pesan kalau setiap pola asuh seorang ibu tidak selalu berakibat buruk, meskipun pada prosesnya terlihat buruk. Singkatnya, tokoh May sebagai anak dituntut mandiri sejak dini dengan perilaku ibunya yang tegas, praktis (dibebaskan dari beban disiplin yang biasa orangtua lakukan pada anak-anaknya), kasar (meninggalkan anak sendirian dan membiarkannya), dan sekilas jauh dari moralitas. Sekalipun May berhasil tumbuh sesuai keinginan ibunya, yang bisa pergi ke luar negeri sendirian sebelum umur 16 tahun dan mengenal jati dirinya di dunia luar, namun menurutku tidak selalu bisa dibenarkan soal ibu yang menyakiti anaknya. Akhirnya aku berpendapat kalau yang dimaksud kebaikan ibu tersebut tak lain dari bentuk ketidakpedulian juga.

 

Judul dari lima cerita itu, adalah

1. Kematian

2. Cerita Delia

3. Pedihnya Pendewasaan

4. Cinta Sempurna

5. Ibu yang Baik

 

Dari beberapa cerita di atas ada yang kurang memuaskan, seperti “Cerita Delia” yang kurang mengisahkan Delia lebih dalam, dan “Cinta Sempurna” yang pesannya terlalu bias untuk ditafsirkan. Namun, secara umum buku ini keren, sebab banyak mengungkapkan gagasan yang jarang dibahas secara terbuka.

 

Sebagai penutup review, aku punya quote favorit yang bisa mengilustrasikan buku ini : “Tak ada yang namanya kesempurnaan, hanya perjuangan menuju ke sana dalam bentuk pertumbuhan, pencarian, dan pembelajaran. Kesempurnaan hanyalah kata lain untuk keadaan ketika kehidupan berhenti hadir”_hlm 240

 

Semoga kalian tertarik untuk membaca bukunya. Kalau ada yang pernah baca, yuk share pendapatnya di kolom komentar! 😉

 

 

Komentar