Aku, Buku, dan Perjalanan Beradaptasiku

Bagai jarum jam yang memutar mundur, aku mengingat masa anak-anak yang saat itu sudah tidak asing dengan benda bernama buku. Aku suka membaca buku sejak tujuh tahun yang lalu, tetapi sebenarnya jauh sebelum itu aku sudah menyukainya. Awalnya, aku tidak tahu kenapa bisa menyukai buku. Aku tahu setiap orang tua selalu mengajarkan cara membaca sebagai kemampuan dasar setiap orang dan berkewajiban mengenalkan buku sedari dini. Bahkan kini banyak orang tua yang mengenalkan buku sejak bayi berusia1 bulan dengan tipe buku berbeda-beda. Contoh yang aku tahu seperti noisy book yang dilengkapi dengan suara-suara sesuai karakter dalam buku; pop-up book yang memunculkan gambar tiga dimensi ketika halamannya dibuka; board book yang dibuat dari bahan keras dan tebal seperti papan untuk memudahkan anak membalik halaman buku; dan feel and touch book yang menaruh unsur tekstur pada bagian tertentu untuk melatih kemampuan motorik dan sensitifitas anak. 

Dengan semakin banyaknya inovasi semacam itu, bisa terlihat bahwa orang tua yang menggunakannya mengharapkan anaknya kelak bisa mencintai buku. Namun, aku rasa (dan seingatku) meski orang tuaku sering membaca buku saat masa lajangnya, tetapi mereka tidak begitu antusias mengenalkan buku pada kami sebagai anak-anaknya. Mereka bahkan jarang mengingatkan kami untuk membaca buku, kecuali saat-saat ujian sekolah tiba. Mungkin saja hal itulah yang menyebabkan kegiatan membaca tidak pernah menjadi aktivitas harian apalagi menjadi kebiasaan. Kami tidak keberatan, tentu saja, justru itulah yang banyak diharapkan oleh anak-anak. Menghabiskan waktu seharian untuk bermain adalah salah satu kegiatan yang paling disukai. Bagiku yang masih berusia muda, mungkin aku tidak begitu paham kehidupan orang dewasa di luar sana. Tetapi aku yakin sekali bahwa orang tua menjadi salah satu faktor pemicu anak agar suka membaca. 

Aku sering melihat-lihat buku yang bapak pinjamkan dari perpustakaan sekolah. Jumlahnya tidak banyak dan semuanya adalah ensiklopedia sains. Saat itu aku belum banyak tahu tentang sains meski usiaku sudah sembilan tahun dan aku tidak pernah bangga dengan nilaiku yang begitu lucu. Namun, sejak melihat ensiklopedia yang penuh dengan ilustrasi dan warna, seakan mataku tergoda. Aku rasa wajar saja, karena anak-anak memang menyukai sesuatu yang menarik. Bagai melihat seseorang yang sesuai dengan tipe pasangan idaman, melihat ensiklopedia itu membuatku seperti merasakan cinta pada pandangan pertama. Namun, sesungguhnya perasaanku tidak sekadar mengisyaratkan kegembiraan sesaat, bak balita yang mendapatkan mainan dambaan yang beberapa hari kemudian diabaikan. Saat itu diriku mengungkapkan rasa takjub, melalui pikiran sekaligus perasaan. Satu efek hebat yang tersalur dari buku itu mampu menggetarkan sukmaku yang kemudian akan terus tersimpan di dalam sana. 

Benar saja! Sebab hingga kini aku masih merasakan suasana tersebut, yakni momen yang tidak bisa kuperoleh kecuali dari buku. Begitu unik dan memabukkan, seakan diajak memasuki gerbang lintas waktu untuk menyelami pikiran para penulis dan bermain dengannya. Efek itu tidak pernah hilang, justru semakin menjalar dan menguat setiap kali membaca buku. Jika sejenak dipikirkan, betapa anehnya seseorang dapat menghidupkan imajinasi yang berasal dari imajinasi orang lain yang dalam hal ini adalah penulis. Dengan begitu, kurasa buku adalah salah satu benda ajaib yang benar-benar nyata! Aku menganut kepercayaan bahwa setiap buku memiliki aura dan tujuan yang berbeda. 

Buku pertama yang kubaca ditulis oleh anak bangsa yang terkenal akan kepiawaiannya dalam bercerita. Tere Liye. Kurasa sudah menjadi hal umum jika novel berjudul Hujan begitu terkenal. Genre Science Fiction pertamaku yang begitu mengguncang. Tentu saja! karena Esok dan Lail tidak bercanda ketika mengajarkan pembaca dalam menghidupkan hubungan cinta yang sehat. Tentang kasih sayang dan rasa cinta yang tak pernah pudar meski tak saling jumpa. Tentang keikhlasan menjalani kenyataan dan perjuangan dalam memperbaiki diri. Aku sangat terbantu jika menjadikan isi ceritanya sebagai pembelajaran yang sangat berguna dan kelak menjadi bekal dalam menjalani hubungan asmara maupun persahabatan yang lebih serius. 
Buku selanjutnya adalah serial Bumi. Novel petualangan remaja yang tidak ada habisnya dan entah kapan penulis akan mengakhiri, tetapi aku dengan senang hati jika serial ini terus berlanjut. Ada unsur persahabatan dan keberanian yang kental dari sebelas buku ini (Bumi, Bulan, Matahari, Bintang, Ceros dan Batozar, Komet, Komet Minor, Selena, Nebula, Si Putih, Lumpu) dan sayangnya aku tak pernah bosan! Begitu banyak pelajaran dan nilai moral yang dapat diambil. Bahwa sehebat apapun silsilah keluarga yang melahirkan kita ke dunia, itu sungguh tidak membantu apabila kita sendiri tidak berusaha. Bahwa hanya sahabat sejati lah yang dengan sukarela menerima kekurangan dan membantu kita untuk memperbaikinya. Aku yakin sekali serial ini patut dijadikan buku rekomendasi kepada anak-anak agar senantiasa senang membaca. 

Siapa yang tidak kenal Agatha Christie? Penulis terkenal dalam menciptakan novel fiksi misteri dan kriminal yang karya-karyanya telak membuat banyak perubahan di hidupku. Dari sekian banyaknya, baru lima buku (And Then There Were None, The Hollow, Parker Pyne Investigates, The Man in The Brown Suit, Murder in Mesopotamia) yang pernah kubaca. Dari setiap karya memiliki keunikan tersendiri, yang jelas selalu membuatku penasaran. Sebagai novel, bukunya sarat akan pengetahuan yang mungkin saja tidak kutemukan dalam buku lain. Tidak hanya soal sosial dan budaya, melainkan juga sisi psikologis yang begitu diperhatikan. Secara umum, Christie selalu mengajarkan pembaca untuk berpikir logis dengan penerapan deduksi yang sehat, dan aku tentu saja mempelajari semua itu, setidaknya itulah yang kuambil selama ini. 

Jika harus menyampaikannya dalam kata-kata singkat, buku adalah teman yang paling bisa diandalkan dimana aku dapat meraup keuntungan sebanyak-banyaknya dan tanpa perlu membuatnya sakit hati. Buku tidak menuntutku secara kasar agar beradaptasi, tetapi menemaniku melalui semuanya dengan damai tanpa mengubah jati diri. Itulah buku, dengannya kita bisa menjadi apapun yang kita inginkan.

Komentar